Sejumlahpertambangan bisa dilihat di dua wilayah yang disebut sebagai tempat penghasil nikel terbesar di Maluku yaitu Maba dan Wasile. 3. Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sementara di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), sumber nikel bisa ditemui di Kolaka. Daerah ini merupakan penghasil nikel dengan cadangan terbesar se-Sultra.
UNSURUNSUR KEBUDAYAAN ACEH. A. Bahasa. Diantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh merupakan bahasa daerah terbesar dan yang paling banyak penuturnya, yakni sekitar 70 % dari total penduduk provinsi NAD. Penutur bahasa Aceh tersebar di wilayah pantai Timur dan Barat provinsi NAD.
1 Asal usul nama Yogyakarta. Permaisuri dan putri keraton turut membuat apem bersama abdi dalem dalam tradisi Ngapem. dok. Keraton Yogyakarta. Merujuk pada situs resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Yogyakarta, nama Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II, yang merupakan Raja Mataram
Alatmusik membranofon berikutnya yaitu Kendang yang banyak kita jumpai di hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia. Dalam gamelan Jawa sendiri, gendang biasanya dimainkan sebagai pelengkap dalam kesenian gamelan. Sama seperti alat musik membranofon lain yang terdapat membran, kendang juga terdapat membran yang terbuat dari kulit hewan. 10
Hampirtiap suku bangsa memiliki bahasa daerah yang berbeda satu dengan lainnya. Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan dalam bahasa pergaulan sehari-hari di suatu daerah tertentu. Di Indonesia terdapat sekitar 665 bahasa daerah. Contoh bahasa daerah adalah Bahasa Bali, Bahasa Madura, Bahasa Batak, Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis.
GayaPeriodikal adalah tipologi karakteristik zaman tertentu yang menghasilkan gaya musik tertentu. Penyanyi lagu daerah yang diiringi musik tradisional di jawa, sunda dan juga bali disebut dengan sinden,sedangkan di sumatera utara disebut dengan Perkolong-kolong, Di Kalimantan disebut dengan Madihin(menyanyikan pantun-pantun dengan diiringi
. - Indonesia dikenal memiliki beragam kebudayaan dari Sabang sampai Merauke. Sama seperti daerah lainnya, Aceh yang dikenal sebagai rumah dari berbagai suku tentu memiliki kebudayaan khasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari alat musik tradisional Aceh yang sering dijumpai dalam perayaan besar maupun untuk menyambut tamu yang datang. Berikut tujuh alat musik tradisional Aceh Serune Kalee Serune kale merupakan alat musik tiup yang berbentuk seperti seruling dan klarinet. Surya Rahman dalam modul berjudul Teknik Instrumen Tiup 2019 menyebutkan nama serune kale berasal dari serune yang berarti alat musik tradisional Aceh dan kale yang merujuk pada daerah Kale di kabupaten Aceh Besar. Serune kalee dimainkan dalam berbagai upacara adat dan perhelatan kebudayaan Aceh. Alat musik Geundrang AcehGeundrang Dilansir dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, geundrang merupakan alat musik bagian dari perangkat musik Serune Kalee dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan ataupun kayu. Baca juga Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia Geundrang berbentuk seperti gendang yang terbuat dari kayu dan kulit kambing yang diikat dengan rotan. Canang Canang adalah alat musik tradisional aceh berbentuk gong kecil yang dibuat dari kuningan atau perunggu. Jalil Irfandi dkk dalam jurnal berjudul Mecanang Gung Pada Pesta Pernikahan Suku Kluet Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan 2016, menyebutkan canang merupakan gong medium yang nadanya tidak terlampau rendah sehingga memiliki bunyi yang melengking. Serupa dengan gong lainnya, cara memainkan canang adalah dengan dipukul. Canang dalam budaya Aceh digunakan sebagai hiburan oleh perempuan yang sedang berkumpul, acara pernikahan, juga dalam mengiringi tarian tradisional Aceh. Arbab Arbab adalah alat musik tradisional Aceh yang memiliki bentuk mirip dengan biola. Arbab terbuat dari tempurung kelapa, bambu, kulit kambing, dan dawai yang terbuat dari benang hori. Sementara alat geseknya terbuat dari bulu ekor kuda ataupun ijuk pohon enau yang Alat musik Bangsi Alas, tradisional Aceh Bangsi Alas Bangsi Alas atau bensi merupakan alat musik tiup tradisional Aceh yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan bentuk yang mirip dengan seruling. Bensi dibuat dengan dari bambu pilihan agar dapat menghasilkan nada yang bagus. Baca juga Alat Musik Daerah Bengkulu Beberapa buah bamboo akan dihanyutkan secara bersamaanke sungai, bamboo yang paling pertama hanyutlah yang akan dipilih untuk membuat Bengsi Alas. Pembuatan Bangsi Alas bersifat lama dan magis karena bergantung pada orang yang meninggal. Dilansir dari Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh 1986 jika ada satu orang yang meninggal dikampung, maka akan dibuat satu lubang pada bengsi dan jika ada dua yang meninggal maka akan dibuat dua lubang. Sehingga untuk membuat Bengsi Alas dengan 6 lubang, harus menunggu 6 orang meninggal di kampung tersebut. Rapai Rapai adalah alat musik tabuh tradisional Aceh yang bentuknya menyerupai rebana. Rapai memiliki beragam ukuran dan juga nada suara yang dihasilkan bergantung pada bentuk dan besarnya rapai. Rapai terbuat dari kayu dan kulit kambing atau kulit sapi. Celempong Celempong adalah alat musik pukul tradisional yang dibuat dari potongan balok kayu panjang. lima hingga tujuh buah balok kayu disusun diatas kaki yang berselonjor dari paha hingga pergelangan kaki sehingga saat dipukul akan menghasilkan nada yang berbeda-beda. Calempong juga ada yang berbentuk seperti kumpulan gong kecil yang disusun seperti gamelan. Baca juga Akordeon, Alat Musik Daerah Sumatera Selatan Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
- Musik merupakan bahasa yang universal. Melalui musik orang dapat mengekspresikan perasaan. Musik tersusun atas kata, nada, dan melodi yang terangkum menjadi satu. Bahasa musik dapat dipahami lintas budaya, agama, suku ras, dan juga kelas penampilan musik tradisional daerah di Indonesia sering berkaitan dengan musik tradisi, terkadang menyatu dengan pertunjukan tari atau pengiring upacara adat, dan sebagai ilustrasi pergelaran teater tradisi serta sebagai media hiburan. Mengutip buku Kesenian Budaya Kelas VIII 2014, musik tradisional biasanya menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah asalnya. Oleh karena itu, musik daerah memiliki arti penting bagi masyarakat pendukungnya. Di Aceh sendiri terdapat musik yang disebut Didong. Didong merupakan kesenian tradisional sangat popular di Aceh ini dilaksanakan secara vokal oleh sejumlah 30-40 pria dalam posisi duduk bersila dalam lingkaran. Nyanyiannya diiringi dengan tepuk tangan secara berirama oleh para peserta sendiri. Para pemusik memegang Bantal tepok di tangan kiri, yaitu sebuah bantal kecil berisi kapuk dengan ukuran kira-kira 20x40 cm dan setebal 4 cm biasanya dihiasi reramu, yaitu semacam rumbai-rumbai berwarna cerah-menyala pada pinggirnya. Permainan bantal dengan menyanyi jika ditelisik hampir mirip dengan Saman, perbedaanya hanya terletak pada penggunaan properti. Sementara di daerah Jakarta atau Betawi, terdapat Wayang Cokek. Wayang Cokek berupa kesenian nyanyi dan tari dilakukan oleh pemain-pemain dahulu, yang menari adalah perempuan yang menjadi budak belian. Mereka mengepang rambutnya dan mengenakan baju kurung, lazim dikenakan oleh orang-orang dari Sumatra, Kalimantan, dan Fungsi Musik Tradisional di Indonesia Dikutip dari modul Kehidupan Sosial Mendayu Melalui Musik Tradisional 2017, secara umum, kedudukan musik tradisional di Indonesia memiliki fungsi di antaranya Upacara AdatDi berbagai daerah Indonesia bunyi-bunyian tertentu dianggap memiliki kekuatan yang dapat mendukung kegiatan magis. Inilah sebabnya musik terlibat berbagai upacara adat. Seperti upacara Merapu di Sumba menggunakan irama bunyi-bunyian untuk memanggil dan menggiring kepergian roh ke pantai merapu alam kubur. Begitu pula suku Sunda yang menggunakan musik angklung pada waktu upacara Seren Taun panen padi.2. Sebagai Pengiring TariIrama musik dapat berpengaruh pada perasaan seseorang untuk melakukan gerakan indah dalam tari. Contohnya tari Kecak Bali, tari Pakarena Sulawesi, tari Mandalika Nusa Tenggara Barat, tari Ngaseuk Jawa Timur, tari Mengaup Jambi, tari Mansorandat Papua, dan Sarana EkonomiTidak bisa dinafikan, musik tradisional bisa menghasilkan pendapatan sambil tetap menikmati kepuasan batin. Bagi senimannya pendapatan bisa berupa ucapan terima kasih honorarium atas jasa main musiknya. Pendapatan berupa bayaran atau gaji apabila bersifat pekerjaan pokok profesi ataupun sambilan amatir. Pendapatan ekonomis bisa bersifat komersial maupun layanan Sarana pengungkapan DiriMencipta atau memainkan musik bagi para seniman maupun orang biasa merupakan wahana mengungkapkan diri. Apa saja yang diungkapkan, tidak lain perasaan cinta, suka-duka; pemikiran, gagasan, impian, harapan, cita-cita tentang berbagai kesadaran. Lingkaran-lingkaran kesadaran meluas mulai diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan, negara, dunia dan Sebagai Sarana KomunikasiSebuah musik di suatu daerah kebudayaan mengandung isyarat yang hanya diketahui oleh masyarakat. Seperti pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan kepada masyarakat. Melalui media seni seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair lagu yang mempunyai Sarana Musikalisasi SyairSering kali pembacaan puisi diiringi suatu musik instrumental untuk menciptakan suasana pendukung. Kadang-kadang musik juga digunakan sebagai selingan antar bait pembacaan puisi untuk memberikan penegasan-penegasan. Syair atau puisi adalah karya sastra. Namun apabila diberi nada beserta tanda-tanda musik lainnya, berubah menjadi lagu. Apabila lagu dinyanyikan dengan iringan alat-alat musik, maka keindahan sebuah7. Sebagai HiburanSebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur, hal ini dapat dilihat derai melodi atau pun jaipongan, campursari, uyon-uyon,dangdutan, dan lain sebagainya. Kualitas dan ungkapan estetisnya tidaklah penting tetapi kepuasan penonton merasa puas dengan Sarana PendidikanAda pendidikan musik, ada pula musik pendidikan. Pendidikan musik adalah mengajarkan musik agar peserta didik atau warga belajar tahu tentang musik, terampil bermain musik, mampu menikmati dan menggali nilai-nilai yang berguna dari musik. Sedangkan musik pendidikan adalah pendayagunaan musik untuk mengajarkan sesuatu, misalnya pesan-pesannilai, mempermudah hafalan dan mengasah syaraf-syaraf kecerdasan musikal agar pembelajar peka terhadap gejala Sarana Penelitian dan Pengembangan IPTEKSalah satu fungsi musik tradisional telah berfungsi sebagai hiburan pelepas lelah, terutama hiburan mental. Mulai tahun 80-an musik-musik tertentu yang bersifat ringan dan ritmik digunakan untuk alat bantu terapi kesehatan jiwa yaitu untuk relaksasi tegangan mental. Musik juga digunakan untuk stimulasi kecerdasan otak janin sebelum lahir. Musik juga digunakan untuk upaya peningkatan hasil juga Fungsi Musik Tradisional Gambang Kromong pada Masyarakat Betawi Musik di Afghanistan, Diputar dan Dihentikan Elektrofon Alat Musik yang Sumber Bunyinya Menggunakan Listrik - Pendidikan Kontributor Olivia RianjaniPenulis Olivia RianjaniEditor Maria Ulfa
Aceh merupakan provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Kota ini juga menjadi salah satu provinsi yang diberi kewenangan otonomi khusus. Letaknya tepat di ujung pulau Sumatera dan provinsi paling barat di memiliki tempat wisata yang lengkap, seperti wisata alam daratan tingi, wisata Museum, Keluarga, wisata anak, hingga pantai. Tak hanya itu, Aceh juga mempunyai kesenian dan kebudayaan leluhur yang wajib dijaga dan alat musik tradisional Aceh memiliki kemiripan dengan alat musik tradisional daerah lain, tetapi bila kita lihat secara detail, ada perbedaan yang cukup jelas antara satu dan musik tradisional ini juga mempunyai ragam jenis yang lumayan banyak. Setiap jenisnya memiliki keunikan masing-masing. Apa saja alat musik tradisional Aceh? Simak sebagai berikutDaftar Isi1 1. Arbab2 2. Bereguh3 3. Calempong4 4. Rapai5 5. Taktok Trieng6 6. Tambo7 7. Bansi / Bangsi Alas8 8. Canang Trieng9 9. Geundrang10 10. Serune Kalee11 11. Kecapi Aceh12 12. Genggong1. ArbabSumber Foto musik tradisional ini pernah terkenal di daerah Pidie, Aceh Besar hingga Aceh Barat. Arbab juga termasuk alat musik tradisional yang hampir punah. Sebab, kini Arbab sulit ditemukan dan mulai tergeser dengan alat musik modern seperti digunakan pada saat acara pertunjukan rakyat, hiburan rakyat, pasar malam, dan sebagainya. Arbab memiliki 2 bagian instrumen induk atau badan Arbab dan musik yang terbuat dari batok kelapa, kayu, kulit kambing, dan senar ini dimainkan dengan cara BereguhSumber Foto musik tradisional ini dimainkan dengan cara ditiup pada ujung instrumen yang meruncing dan melengkung. Bereguh terbuat dari tanduk bereguh tidak digunakan sebagai bermain musik, tetapi dimainkan sebagai alat komunikasi antara dua atau beberapa orang yang berada diposisi jauh atau tepatnya di hutan. Dengan meniupnya, kelompok lain akan tahu perkiraan jarak orang yang meniup instrumen alat musik tradisional ini tersebar ke seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh Besar, Pidie, Aceh CalempongSumber Foto musik tradisional ini dapat kita temukan di daerah Kabupaten Tamiang. Calempong terdiri dari beberapa potongan kayu yang dimainkannya dengan cara disusun antara kedua kaki dimainkan oleh kaum wanita yang khususnya masih gadis, tetapi sekarang alat musik tradisional ini hanya dimainkan orang tua wanita. Kesenian ini biasanya dimainkan sebagai pengiring tarian RapaiSumber Foto musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh ini berasal dari Aceh. Masyrakat Aceh mempercayai bahwa alat musik ini diciptakan oleh Syekh Ahmad bin Rifa’i yang merupakan seorang pendiri tarikat Rifa’ musik tabuh ini dimainkan dengan tangan kosong atau tidak menggunakan stik. Fungsi Rapai biasanya untuk mengatur ritme, tempo, gemerincing ketika lantunan syair-syair Islami sedang dinyanyikan. Tak hanya itu, Rapai juga dimainkan hampir pada setiap seni tarik suara tradisional di Taktok TriengSumber Foto dengan Rapai, alat musik tradisional yang terbuat dari bahan dasar bambu ini dimainkan dengan cara dipukul. Taktok Trieng bisa kita temukan di daerah Kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten masyarakat, Taktok Trieng dikenal dengan 2 jenis, yaitu di pergunakan di Meunasah, di balai-balai pertemhan dan ditempat lain yang terlihat wajar untuk ditempatkan alat ini. Dan yang kedua dipergunakan di sawah-sawah untuk mengusir hewan seperti burung atau serangga lainnya yang merusak hasil TamboSumber Foto musik tradisional ini dibuat dari Bak Iboh batang iboh, kulit sapi, dan rotan yang berfungsi sebagai alat peregang kulit. Bentuk Tambo sejenis dengan alat kesenian Tambur yang dimainkan dengan cara Tambo dipergunakan sebagai alat komunikasi untuk menandakan waktu shalat wajib 5 waktu dan mengumpulkan warga ke Meunasah guna membicarakan masalah yang ada dalam suatu saat ini Tambo mulai jarang digunakan, sebab adanya alat musik modern seperti Bansi / Bangsi AlasSumber Foto musik tradisional yang ditiup ini berkembang di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Bangsi Alas memiliki ukuran dengan panjang 41 cm dengan diameter 2,8 cm, dan 7 buah lubang pada bagian atas bansi. Setiap lubang Bangsi Alas memiliki lebar yang berbeda, semakin ke ujung lubangnya akan semakin Bangsi Alas dimainkan sebagai pengiring Tarian Landok Alun. Tarian tersebut merupakan tarian khas dari Desa Telangat Pangan dengan kisah kegembiraan petani yang mendapatkan lahan baru dan kondisi tanah yang dimainkan alat Bangsi Alas ini antaranya adalah Canang Ngaro, Canang Ngarak, Canang Patam-patam, dan Canang TriengSumber Foto musik tradisional ini bisa kita temukan pada kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan tempatnya. Seperti Aceh disebut “Canang Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di Tamiang disebut “Kecapi”, dan di Alas disebut “Kecapi Olah”.Canang dibuat dari kuningan dengan bentuk yang mirip seperti Gong. Hampir setiap daerah Aceh terdapat alat musik ini dengan pengertian dan fungsi yang Canang digunakan sebagai pengiring tarian tradisional. Dan bisa difungsikan sebagai hiburan anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan saat mengisi waktu senggang atau sesudah menyelesaikan pekerjaan di GeundrangSumber Foto musik tradisional ini umumnya kita temukan di daerah Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara. Bentuk dari Geundrang adalah bersilinder dengan panjang 40 hingga 50 cm dengan diametet 18 hingga 20 dibuat dari bahan kulit nangka, kulit kambing, kulit sapi yang tipis, atau rotan. Pada bagian ujung Geundrang diberi kerincing, sehingga saat di talu Geundrang akan menghasilkan suara musik ini juga bisa kita dengar dengan kejauhan jarak 3 hingga 4 km. Geundrang berperan sebagai alat pelengkap tempo dalam musik Serune KaleeSumber Foto musik tradisional yang mirip dengan terompet ini masih satu klasifikasi dengan aerofon. Serune Kalee digunakan sebagai instrumen utama pada pertunjukan musik tradisi di Aceh, yang juga diikuti iringan Geundrang, Rapai, dan sejumlah instrumen tradisional saat ini, Serune Kalee masih dilestarikan oleh masyarakat Aceh dan berperan penting dalam ritus-ritus sosial warga di Aceh, Serune Kalee juga bisa temukan di daerah Sumatera lainnya, seperti Minangkabau dan Kecapi AcehSumber Foto Aceh ini berasal dari daerah Tamiang, Kabupaten Aceh Timur. Bahan yang dipilih juga dari bahan bambu yang sudah cukup tua, dengan jenis bambu olog reglu dan oloh musik tradisional ini dimainkan dengan permainan tunggal di teras sebagai hiburan seusai bekerja. Biasanya, para pemain Kecapi ini terdiri dari Aceh ini masih tergolong alat ideopon, sebab talinya yang terbuat dari GenggongSumber Foto musik tradisional ini termasuk salah satu jenis musik instrumen Pakpak yang menyerupai instrumen Saga-saga. Genggong dibuat dari bahan paku besi atau rusuk payung. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa Genggong adalah perubahaan dari menghasilkan suafa yang lembut, tetapi dengan nada lebih kuat dibandingkan Saga-saga. Nada yang dihasilkan pun tergantung dari nafas pemainnya. Maka dari itu, nada Genggong tidak dapat diubah-ubah, dan hanya ditentukan oleh sang uraian alat musik tradisional Aceh yang perlu kita lestarikan dan dijaga agar tidak punah. Semoga artikel ini bermanfaat!
- Lagu daerah terdapat di 34 provinsi di Indonesia. Lagu daerah merupakan hasil budaya dari suatu daerahLagu daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merupakan ciri khas unik suatu daerah. Mengenal lagu daerah merupakan langkah untuk ikut melestarikan lagu daerah. Berikut daftar lagu daerah di Indonesia yang dilansir dari buku Kumpulan Lagu Nusantara Terpopuler 2012 karya Sarah Ismullah dan Ibrahim Ismullah serta buku Kumpulan Lagu Daerah 2009 karya Thursan Hakim dan juga Teknik dan Gaya Menyanyi Lagu Daerah Lagu Daerah dari Wilayah Aceh hingga Sumatera 1. Lagu Daerah Nanggo Aceh Darussalam NAD Bungong Jeumpa, Jampo-Jampo, Lembah Alas, Aceh Loh Sayang, Tawar Sedenge, Hikayat Prang Sabi, Saleum, dan Aneuk Yatim. 2. Lagu Daerah Sumatera Utara Butet, Cikala Le Pongpong, Katabo, Leleng Ma Hupaima, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, O'pio, Piso Surit, Rambadia, Say Selamat Masinegar, dan Sengko-Sengko.
- Indonesia dikenal memiliki beragam kebudayaan dari Sabang sampai Merauke. Sama seperti daerah lainnya, Aceh yang dikenal sebagai rumah dari berbagai suku tentu memiliki kebudayaan khasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari alat musik tradisional Aceh yang sering dijumpai dalam perayaan besar maupun untuk menyambut tamu yang datang. Berikut tujuh alat musik tradisional Aceh Serune Kalee Serune kale merupakan alat musik tiup yang berbentuk seperti seruling dan klarinet. Surya Rahman dalam modul berjudul Teknik Instrumen Tiup 2019 menyebutkan nama serune kale berasal dari serune yang berarti alat musik tradisional Aceh dan kale yang merujuk pada daerah Kale di kabupaten Aceh Besar. Serune kalee dimainkan dalam berbagai upacara adat dan perhelatan kebudayaan Aceh. Alat musik Geundrang AcehGeundrang Dilansir dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, geundrang merupakan alat musik bagian dari perangkat musik Serune Kalee dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan ataupun kayu. Baca juga Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia Geundrang berbentuk seperti gendang yang terbuat dari kayu dan kulit kambing yang diikat dengan rotan. Canang Canang adalah alat musik tradisional aceh berbentuk gong kecil yang dibuat dari kuningan atau perunggu. Jalil Irfandi dkk dalam jurnal berjudul Mecanang Gung Pada Pesta Pernikahan Suku Kluet Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan 2016, menyebutkan canang merupakan gong medium yang nadanya tidak terlampau rendah sehingga memiliki bunyi yang dengan gong lainnya, cara memainkan canang adalah dengan dipukul. Canang dalam budaya Aceh digunakan sebagai hiburan oleh perempuan yang sedang berkumpul, acara pernikahan, juga dalam mengiringi tarian tradisional Aceh. Arbab Arbab adalah alat musik tradisional Aceh yang memiliki bentuk mirip dengan biola. Arbab terbuat dari tempurung kelapa, bambu, kulit kambing, dan dawai yang terbuat dari benang hori. Sementara alat geseknya terbuat dari bulu ekor kuda ataupun ijuk pohon enau yang kuat. Alat musik Bangsi Alas, tradisional Aceh Bangsi Alas Bangsi Alas atau bensi merupakan alat musik tiup tradisional Aceh yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan bentuk yang mirip dengan seruling. Bensi dibuat dengan dari bambu pilihan agar dapat menghasilkan nada yang bagus. Baca juga Alat Musik Daerah Bengkulu Beberapa buah bamboo akan dihanyutkan secara bersamaanke sungai, bamboo yang paling pertama hanyutlah yang akan dipilih untuk membuat Bengsi Alas.
Alat Musik Tradisional Aceh Provinsi NAD memiliki beberapa alat musik tradisional. Alat musik tradisional tersebut antara lain serune kalee, gendang geundrang, canang, dan rapai. 1. SERUNE KALEE Serune kalee adalah instrumen tiup tradisional sejenis klarinet. Alat musik ini terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu. Bagian pangkalnya kecil sementara di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise. Serune ini mempunyai tujuh lubang nada. Selain itu, terdapat lapis kuningan dan sepuluh ikatan dari tembaga yang disebut klah ring. Fungsinya sebagai pengamanan dari kemungkinan retak atau pecah badan seru ne tersebut. Alat musik ini biasanya digunakan bersama gendang dan rapai baik dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional. 2. GENDANG Geundrang Gendang Geundrang terdapat hampir di seluruh Provinsi NAD. Gendang ini terbuat dari kayu nangka, kulit kambing, dan rotan. Pembuatan gendang dengan, melubangi kayu nangka yang berbentuk silinder sedemikian rupa sehingga badan gendang menyerupai bambam. Pada permukaan lingkarannya kiri-kanan dipasangi kulit kambing. Sebelumnya, telah dibuatkan ringnya dari rotan dengan ukuran persis seperti ukuran lingkaran gendangnya. Untuk mengencangkan permukaan kulit geundrang diberi tali yang saling menghubungkan antara kulit gendang bagian kanan dan kulit gendang bagian kiri dengan tali yang terbuat dari kulit. Sebagai pemukul gendang digunakan kayu yang dibuat khusus dengan bentuk ujung pemukul yang dibengkokkan. 3. CANANG Canang termasuk salah satu alat musik pukul tradisional Aceh yang terdapat pada kelompok masyarakat di daerah Gayo, Alas, dan Tamiang. Masyarakat Aceh menyebut alat musik ini dengan sebutan "Canang Trieng", Masyarakat Aceh Gayo menyebutnya dengan sebutan "Teganing" Masyarakat Aceh Alas menyebutnya dengan "Kecapi Olah", sedangkan Tamiang menyebutnya dengan "Kecapi". Alat musik ini terbuat dari logam perunggu atau kuningan dengan bentuk mirip gong berukuran kecil yang diberi lubang pada bagian samping sebagai lobang tali yang diikatkan pada kayu. Papan kayu yang dibuat sebagai penyangga alat musik ini berbentuk persegi, dengan fungsi agar canang yang diikat dengan tali dapat mengabang pada tali sehingga menghasilkan bunyi. 4. RAPAI Rapai sejenis alat instrumen seperti gendang. Rapai terbuat dari bahan kayu keras dan kulit lembu. Kayu yang biasanya dipakai adalah kayu nangka yang dibulatkan dan dibuat lubang dibagian tengahnya yang disebut baloh. Baloh dibuat dengan bentuk bulat tabung pendek yang bentuk lingkaran atasnya lebih besar daripada lingkaran bawahnya. Kulit lembu digunakan untuk menutup baloh bagian atas yang dibalut dengan rotan sebagai penjepit sidak dan sebagai pengatur tegangan kulit. Rapat digunakan sebagai alat musik pukul pada upacara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagamaan, perkawinan, kelahiran, dan permainan tradisional yaitu debus. Cara memainkan rapai adalah memukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok grup. Pemimpinnya disebut syeh atau kalipah. 5. ARBAB Alat musik Arbab berasal dari Nangroe Aceh Darussalam NAD, Alat musik ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Arbabnya sendiri alat musik induk dan penggeseknya stryk stock bahasa daerah disebut Go Arab. Alat musik ini memakai bahan tempurung kelapa, kulit kambing, dan dawai. Alat musik ini pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam, dan sebagainya. Kesenian ini sekarang sudah jarang sekali dijumpai, dan diperkirakan sudah mulai punah. Kesenian ini terakhir dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang. 6. CELEMPONG Celempong adalah alat musik tradisional yang terdapat di daerah kabupaten Tamiang. Alat musik ini terdiri dari beberapa potongan kayu. Cara memainkan alat ini yaitu disusun di antara kedua kaki pemainnya. Celempong dimainkan oleh kaum perempuan terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua perempuan saja yang dapat memainkannya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Celempong diperkirakan telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. 7. TAMBO Tabo merupakan alat musik pukul sejenis tambur. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu Bak Iboh batang iboh, kulit sapi dan rotan yang dipakai untuk mengikat dan meregangkan kulit. Alat musik ini dahulu berfungsi sebagai penanda waktu sholat seperti bedug. Dahulu tabo juga dipakai sebagai alat komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah pada saat acara perkumpulan kampung. Selain 7 jenis alat musik tradisional Aceh di atas, di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam masih terdapat beberapa jenis alat musik tradisional lainnya, diantaranya seperti Bangsi Alas, Bereguh, Tak Tok Trieng, dan Teganing. Demikian ulasan tentang "Alat Musik Tradisional Aceh Lengkap, Gambar dan Penjelasannya" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel kebudayaan Daerah Aceh menarik lainnya di situs Sumber Selayang Pandang Nanggroe Aceh Darussalam Nunung Yuli Eti
di daerah aceh terdapat musik yang disebut